13 Mei 2023
SPORTS MOTOR
Lorenzo: Yamaha Tidak Pernah Punya Mesin Terbaik
Jika Yamaha mengandalkannya sebagai pebalap penguji lebih lama, mereka tidak akan tersesat. Pendapat ini diutarakan juara dunia MotoGP tiga kali, Jorge Lorenzo.
Kombinasi Jorge Lorenzo dan Yamaha adalah sebuah kisah sukses di MotoGP. Pebalap Spanyol ini membela merek asal Jepang tersebut dari 2008 hingga 2016. Ia menjadi juara dunia pada tahun 2010, 2012 dan 2015. Bersama Yamaha, ia memenangi 44 dari 47 balapan MotoGP.
Setelah dua tahun memperkuat Ducati dan satu tahun dengan Honda, Lorenzo menggantungkan helmnya pada akhir 2019. Pada musim dingin itu, ia mencapai kesepakatan dengan Yamaha untuk kembali sebagai test rider baru mulai 2020. Wild card juga sempat diperdebatkan.
Pandemi Covid-19 mengacaukan rencana tersebut. Lorenzo tidak menyelesaikan banyak tes untuk Yamaha. Tidak ada wild card. Pada akhir 2020, fase kerja sama yang singkat itu berakhir lagi.
Pada 2021, Fabio Quartararo mengikuti jejak Lorenzo, Valentino Rossi, dan kawan-kawan sebagai juara dunia dari Yamaha, tetapi itu bukanlah awal dari kisah sukses yang baru. Justru itu adalah awal dari fase sulit bagi Yamaha. Untuk pertama kalinya, tidak ada tim satelit dan hanya ada dua motor yang turun di lapangan.
M1 adalah satu-satunya motor dengan empat silinder segaris. Di era MotoGP modern sejak 2002, Yamaha telah memenangi delapan kejuaraan dunia pebalap. Mereka juga mampu mengalahkan Honda V5 dan Honda V4 serta Ducati V4.
"Yamaha tidak pernah memiliki mesin yang terbaik, atau yang paling kuat," Lorenzo tahu dari pengalamannya. "Ini juga karena bagaimana mesinnya dibuat. Tidak ideal untuk mendapatkan tenaga maksimum. Namun, hal itu juga memberikan karakteristik yang baik pada motor.
"Misalnya, dari sisi stabilitas di tikungan. Motor ini lebih lincah dan lebih mudah bagi pengendara." Handling yang baik dari M1 telah lama dianggap sebagai ciri khasnya. Namun, untuk beberapa waktu terakhir, para pebalap Yamaha mengeluhkan bahwa motor ini tidak mudah dikendarai.
Lorenzo juga mengakui hal tersebut. "Sepertinya dalam beberapa tahun terakhir mereka telah kehilangan beberapa kekuatannya," kata pebalap berusia 36 tahun itu kepada MotoGP.com. "Pada saat yang sama, dengan mesinnya, mereka tidak menemukan tenaga atau akselerasi yang mereka inginkan.
"Sekarang motor ini tak lagi memiliki kekuatan seperti dulu. Saya tak ingin mengatakan motor ini jelek, tapi tak cukup bagus lagi untuk bisa bertarung memperebutkan gelar juara dunia dengan motor ini."
"Terutama ketika ada Pecco Bagnaia yang sudah jauh lebih matang. Selain itu, ada tujuh rider Ducati lainnya. KTM dan Aprilia juga kuat."
Lorenzo melihat bahwa Yamaha telah kehilangan kontak dengan persaingan. Namun, pebalap Spanyol itu percaya bahwa hal ini tidak perlu terjadi jika kerja sama dengan dirinya dilakukan lebih lama. Kontrak sebagai pebalap penguji tidak diperpanjang pada saat itu. Pada akhir 2020, Yamaha memilih Cal Crutchlow sebagai pebalap penguji.
"Sayang sekali karena saat itu, saya membalap untuk mereka sebagai test rider. Anda tidak akan pernah tahu, tapi saya pikir dengan bantuan saya - sebagai orang yang mengenal motor dengan sangat baik - mereka bisa saja menemukan potongan-potongan teka-teki untuk evolusi motor," Lorenzo menandaskan.
"Sekarang mereka memiliki pebalap penguji lain. Dari luar, sepertinya mereka kehilangan arah. Semoga mereka bisa menemukannya lagi di masa depan, seperti Honda." Saat ini, Lorenzo sudah kembali ke paddock MotoGP. Ia bertindak sebagai tenaga ahli untuk DAZN Spanyol.
Sumber : id.motorsport.com
viewed :: 1114
Berita Terkait Lainnya :