27 April 2019
SPORTS MOTOR

MotoGP Ajarkan Luthi Hadapi Moto2



Kesulitan saat balapan MotoGP rupanya menjadi pembelajaran bagi Thomas Luthi dalam menghadapi pertarungan Moto2 musim 2019.

Setelah 11 musim berkompetisi di kategori 250cc/Moto2, Luthi akhirnya naik kelas ke MotoGP pada 2018. Sayangnya, selain sulit beradaptasi dengan motor Marc VDS Honda, ia juga terjebak dalam konflik internal antar pemilik tim Marc van der Straten dan bos tim Michael Bartholemy.

Luthi mengakhiri karier MotoGP tanpa torehan satu poin pun. Saat bersamaan, Marc VDS tak masuk daftar peserta kelas premier 2019, menyebabkan pebalap veteran asal Swiss itu harus bekerja keras mencari tim balap.

Nasibnya beruntung, Dynavolt Intact GP merekrut Luthi, sekaligus memasangkannya dengan Marcel Schrotter. Dan hanya butuh tiga seri, ia berhasil memenangi Moto2 Amerika di Circuit of The Americas (COTA) akhir pekan lalu.

“Balapan di MotoGP seperti sesuatu yang terbuat dari banyak batu bata, yang akhirnya harus bersama untuk mencapai tujuan. Ini adalah upaya tim, (tetapi) Anda juga harus percaya pada diri sendiri,” ucapnya.

“Ini adalah olahraga mental dan olahraga tim. Saya kira inilah perbedaan terbesar. Tahun lalu itu sangat sulit karena tim berantakan, dan lagi pula itu tantangan besar bagi saya dengan motor di MotoGP. (Pada) akhirnya itu (menjadi) misi mustahil.

“Saya harus melupakannya, bekerja keras selama musim dingin, fokus, dan saya menemukan tim baru di mana orang-orang benar-benar percaya pada saya dan ini adalah motivasi besar bagi saya. Akhirnya, inilah hasilnya.”

Momen kembalinya Luthi berbarengan dengan diperkenalkannya mesin tiga silinder Triumph 765cc – menggantikan Honda yang berkapasitas 600cc – serta menjadikan tenaga motor lebih menyerupai MotoGP.

Ditanya apakah ada pelajaran yang dipetik ketika tampil di kelas premier dan kemudian berguna untuk menghadapi Moto2, Luthi menjawab: “Untuk mengendarai motor MotoGP, Anda perlu memikirkan banyak hal, bukan hanya berkendara. Anda perlu memikirkan taktik, dengan semua elektronik dan sebagainya. Cukup sulit.

“Ini hal baik untuk belajar (lagi) di Moto2. Saya tidak akan bilang lebih mudah untuk mengendarai motor Moto2 pada limit; jika Anda mengendarai motor pada limit, (maka) itu pada limit. Tidak peduli sebesar apa motornya, Anda harus punya feeling.

“Itu (MotoGP) adalah sekolah yang bagus tahun lalu, untuk mengendarai motor pada limit dan masih ada ruang dalam pikiran Anda untuk memikirkan taktik dan hal-hal seperti ini. Itu sekolah yang bagus, bukan hanya tentang berkendara – bagaimana mengatur, bagaimana mempersiapkan dan segalanya. Sekolah yang sulit, tetapi sekolah yang bagus.” 

Sumber : id.motorsport.com

viewed :: 1596
Pasang banner ? hubungi : widipriono@gmail.com

Berita Terkait Lainnya :