14 Februari 2025
HEADLINE MOBIL
Nissan Ogah Jadi Anak Buah Honda, Merger 60 Miliar Dolar AS Kandas

Pembicaraan merger antara Nissan dan Honda yang diumumkan pada Desember lalu sempat mengguncang dunia otomotif, betapa tidak jika terealisasi merger kedua raksasa Jepang ini akan menjadikannya produsen mobil terbesar keempat di dunia. Artinya, merger ini sedianya akan menciptakan grup otomotif terbesar keempat di dunia berdasarkan penjualan kendaraan, setelah Toyota, Volkswagen, dan Hyundai.
Kini, rencana merger antara Nissan dan Honda, dua raksasa otomotif Jepang, yang dikatakan senilai 60 miliar dolar AS (setara Rp981 triliun), dilansir dari Reuters, 14 Februari, hampir dipastikan resmi berakhir tanpa kesepakatan.
Kabar ini sontak menimbulkan ketidakpastian yang lebih dalam bagi Nissan, terutama di tengah tekanan persaingan yang semakin ketat dari produsen mobil China. Sumber terpercaya menyebutkan bahwa proposal Honda untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan dan bukan berdiri sejajar menjadi batu sandungan utama.
Meskipun demikian, kedua perusahaan menegaskan komitmen mereka untuk melanjutkan kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, termasuk dengan Mitsubishi Motors, dalam pengembangan teknologi dan bidang lainnya.
Analis menilai kolaborasi semacam ini krusial bagi produsen mobil mapan, terutama dalam menghadapi gempuran produsen mobil listrik China seperti BYD yang terus mencaplok pangsa pasar dengan mobil-mobil yang lebih canggih dan kaya fitur perangkat lunak.
Tak hanya itu, produsen mobil Jepang juga menghadapi ancaman tarif di Amerika Serikat untuk kendaraan yang diimpor dari Meksiko, pusat manufaktur penting bagi mereka. Nissan, yang dinilai sebagai salah satu produsen mobil mapan yang paling bermasalah, belum sepenuhnya pulih dari krisis dan gejolak manajemen yang dipicu oleh penangkapan dan pemecatan mantan ketua Carlos Ghosn pada tahun 2018.
"Honda cukup percaya diri dan memiliki banyak keunggulan, sementara Nissan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Mereka tidak memiliki mitra saat ini," kata Christopher Richter, analis otomotif Jepang di broker CLSA. "Mereka mungkin perlu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda," tambahnya.
Sebelumnya, CEO Honda, Toshihiro Mibe, dalam konferensi pers menyatakan bahwa meskipun bergabung dengan Nissan akan menimbulkan "sakit sementara," ia akhirnya lebih khawatir tentang dampak jika pembicaraan berlarut-larut tanpa kemajuan.
Ia juga menegaskan bahwa Honda tidak berencana untuk melakukan tawaran pengambilalihan paksa terhadap Nissan. Kegagalan diskusi ini, menurutnya, "mengecewakan." Sementara itu, produsen mobil Prancis Renault, pemegang saham utama Nissan, menyatakan bahwa persyaratan merger yang diusulkan, termasuk tidak adanya premi, tidak dapat diterima.
Kegagalan merger ini menjadi pukulan besar bagi Nissan dan memunculkan pertanyaan serius mengenai strategi mereka ke depan. Di tengah lanskap industri otomotif yang berkembang pesat, tantangan ini bisa berdampak pada arah bisnis serta daya saing mereka di pasar global.
Sumber : voi.id
Berita Terkait Lainnya :