Tiongkok Memperketat Ekspor Mobil Listrik
HEADLINE - MOBIL
07 Oktober 2025

Mulai 1 Januari 2026, Pemerintah Tiongkok mewajibkan produsen mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicles (BEV) untuk memiliki lisensi ekspor sebelum dapat mengirim produk ke pasar luar negeri.

Kebijakan baru ini diumumkan melalui pernyataan bersama dari empat departemen Pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan. Disitat dari cnEVpost, tujuan utama dari kebijakan ini, adalah memperketat pengawasan terhadap ekspor mobil BEV, terutama menyusul maraknya pengiriman melalui jalur tidak resmi.

Dalam beberapa kasus, kendaraan yang diekspor menghadapi keluhan terkait pembaruan perangkat lunak (software update) dan layanan purna jual yang kurang memadai. Jadi, dengan regulasi lisensi ekspor, Pemerintah berharap dapat meminimalkan risiko reputasi dan memastikan kualitas mobil listrik yang menembus pasar global.


Statistik menunjukkan bahwa ekspor mobil listrik Tiongkok terus melonjak pesat. Pada Agustus 2025 saja, negara tersebut mengekspor sekitar 220.000 unit BEV, meningkat 48 persen dibanding tahun sebelumnya, dan menyumbang 31 persen dari total ekspor mobil.

Selama periode Januari hingga Agustus 2025, ekspor kendaraan listrik murni atau BEV dari Tiongkok mencapai total 1,44 juta unit. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sekitar 27 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut mencerminkan pertumbuhan pesat industri kendaraan listrik Tiongkok yang terus memperluas pengaruhnya di pasar global melalui peningkatan produksi dan strategi ekspor agresif.

Kenaikan ekspor ini didorong oleh permintaan global yang semakin tinggi terhadap kendaraan ramah lingkungan, terutama di wilayah dengan kebijakan emisi ketat. Tiongkok, sebagai salah satu produsen utama BEV dunia, berhasil memanfaatkan momentum tersebut dengan memperluas jaringan distribusi dan memperkuat kerja sama dengan berbagai negara tujuan ekspor. Langkah ini sekaligus mempertegas posisi mereka sebagai pemimpin dalam teknologi elektrifikasi kendaraan.

Sebagian besar dari ekspor BEV Tiongkok masih mengalir ke pasar Uni Eropa, yang menjadi destinasi utama berkat dukungan kebijakan hijau dan infrastruktur pengisian daya yang semakin berkembang. Namun, wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah juga mulai menunjukkan potensi besar, meskipun permintaan di kedua kawasan ini masih fluktuatif. Faktor seperti daya beli, kesiapan infrastruktur, dan regulasi impor turut memengaruhi stabilitas pasar.

Fluktuasi permintaan di pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah mencerminkan tantangan bagi produsen dalam menjaga keseimbangan antara produksi dan distribusi. Di satu sisi, permintaan yang meningkat memberikan peluang besar, tetapi di sisi lain, ketidakpastian pasar membuat strategi ekspor harus lebih fleksibel. Produsen dituntut mampu menyesuaikan volume pasokan dengan dinamika kebutuhan regional secara cepat dan efisien.

Penerapan kewajiban lisensi ekspor oleh Pemerintah Tiongkok menjadi faktor baru yang akan memengaruhi pola perdagangan kendaraan listrik global. Kebijakan ini diberlakukan untuk memastikan kualitas, keamanan, dan kepatuhan terhadap standar lingkungan internasional. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan hambatan administratif yang memengaruhi kelancaran arus ekspor bagi produsen besar maupun kecil.

Bagi produsen otomotif global yang berorientasi pada pasar Indonesia dan negara berkembang lainnya, kebijakan ini menuntut penyesuaian strategi bisnis. Mereka perlu mengatur ulang kemitraan, meninjau kembali jalur pasokan, serta memperkuat negosiasi rantai pasok agar tetap kompetitif. Adaptasi yang cepat dan efisien menjadi kunci agar tetap mampu bersaing di tengah perubahan kebijakan dan dinamika pasar global yang semakin kompleks.

Simak video berikut :

Sumber : avolta.id

viewed :: 183
Berita Lainnya :