26 Januari 2021
HEADLINE MOBIL

Jalan Terjal Tesla Di India Mirip Dengan Masalah Di Indonesia



Tesla Inc bersiap untuk peluncuran di India , tapi produsen mobil listrik AS itu kemungkinan akan tetap menjadi pemain pasar selama bertahun-tahun hanya melayani orang kaya dan makmur di negara dengan populasi terbesar kedua di dunia tersebut.

Pasar kendaraan listrik (EV) yang masih baru di India hanya menyumbang 5.000 dari total 2,4 juta mobil yang terjual di negara itu tahun lalu. Kurangnya produksi lokal komponen dan baterai, infrastruktur pengisian daya yang dapat diabaikan, dan biaya EV yang tinggi berarti hanya ada sedikit pembeli di pasar yang sadar akan harga.

Juga sulit untuk melihat bagaimana fitur mengemudi otonom Tesla yang banyak dicari dan mahal akan berfungsi di jalan-jalan yang macet di India.

Ammar Master, seorang periset di konsultan LMC Automotive, mengatakan, Tesla diharapkan setiap tahun hanya menjual 50-100 sedan listrik Model 3 di India. Setidaknya dalam lima tahun pertama.

“Sebagai sebuah negara, India masih belum begitu sadar lingkungan untuk membayar premi sebanyak itu,” kata Ammar seperti dikutip oleh Reuters.

“Itu selalu bermuara pada titik harga. Akan ada beberapa individu dengan kekayaan bersih tinggi seperti bintang film dan eksekutif bisnis top yang akan melihatnya untuk nilai merek. Tapi kemudian, ada berapa pembeli?" katanya lagi.

Pabrikan mobil paling berharga di dunia itu mendaftarkan perusahaan lokal di India pada awal bulan ini. Hal itu sebuah langkah menuju masuknya perusahaan tersebut, yang diharapkan akan dimulai pada pertengahan 2021.

"Tesla berencana mengimpor dan menjual Model 3 di India dengan harga sekitar Rp916 juta-1,1 miliar -kira-kira dua kali lipat harga di pasar AS," kata sumber yang mengetahui rencana tersebut.

Artinya, mobil itu akan bersaing di segmen EV mewah yang bahkan lebih kecil pasarnya di India yang baru-baru ini mulai menarik minat konsumen. Misalnya, Jaguar Land Rover (JLR) dan Mercedes Benz dari Daimler.

Mercedes Benz EQC, EV mewah pertama India diluncurkan pada bulan Oktober seharga Rp1,9 miliar dan sejak itu telah terjual 31 unit, menurut peneliti otomotif JATO Dynamics. Penanda mobil mewah Inggris JLR, yang dimiliki oleh Tata Motors India, berencana untuk meluncurkan I-PACE EV sebelum bulan Maret nanti. Mobil listrik ini dijual di Amerika Serikat sekitar Rp986 juta.

Meskipun infrastruktur jalan raya India telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, disiplin lalu lintas -seperti mengemudi di jalan raya- masih belum sempurna. Analis otomotif mengatakan, itu berarti banyak fitur Tesla seperti fungsi penggantian jalur otomatis akan sulit diterapkan di jalan-jalan India yang padat.

Hewan yang tersesat, termasuk sapi, dan lubang di jalan merupakan masalah lebih lanjut yang akan ditemui Tesla. “Sebagian besar fitur teknologi tinggi Tesla akan menjadi masalah dan pengguna tidak akan mendapatkan banyak uang, meskipun membayar harga premium,” kata Ravi Bhatia, Presiden India di JATO Dynamics.

Produksi Lokal
Rohan Patel, eksekutif senior kebijakan publik di Tesla di Amerika Serikat, adalah di antara mereka yang memimpin upaya seputar peluncurannya di India. Raksasa mobil listrik itu ingin mempekerjakan 15-20 orang terutama untuk penjualan dan pemasaran.

Tesla dan Patel sendiri tidak menanggapi permintaan komentar tentang rumor tersebut.

India memiliki beberapa kota paling tercemar di dunia dan menginginkan lebih banyak mobil bersih di jalannya. Tetapi Pemerintah federal masih belum memiliki kebijakan komprehensif seperti China yang mengamanatkan pembuat mobil untuk berinvestasi di segmen tersebut.

Salah satu alasannya adalah produsen mobil telah menolak dengan mengatakan tidak ada permintaan untuk EV di India. Alasannya, biaya komponen seperti baterai tetap tinggi dan menaikkan harga.

CEO Tesla, Elon Musk, sendiri menyatakan keprihatinannya tentang pajak impor mobil yang tinggi di India. Berbeda dengan India, China menjual 1,25 juta kendaraan penumpang energi baru, termasuk EV, pada 2020 dari total penjualan 20 juta unit.

Tesla adalah pemain utama di China, yang tahun lalu menyumbang lebih dari sepertiga penjualan global produsen mobil, menurut JATO Dynamics, dan di mana dia juga memiliki pabrik.

Daniel Ives dari Wedbush Securities yang berbasis di AS, mengatakan, dalam 7-8 tahun, India dapat menyumbang 5% dari total penjualan Tesla. "Kunci suksesnya adalah manufaktur lokal," katanya.

"Ini masalah kapan, bukan jika, mereka membangun pabrik di India," kata Ives, menambahkan bahwa membangun rantai pasokan lokal akan menjadi upaya bertahun-tahun.

“India adalah tempat yang potensial dan Tesla tidak ingin terlambat ke pertandingan,” pungkasnya.

Kondisi di India mirip dengan tantangan pemain mobil listrik di Indonesia. Pemerintah sendiri tengah merayu industri EV masuk ke Tanah Air dengan sejumlah regulasi yang dianggap ramah investor.

Soal infrastruktur, Indonesia mirip dengan India di mana lalu lintasnya sangat padat sehingga bisa mengenyampingkan teknologi otonom mahal yang dibawa Tesla atau pabrikan otomotif lainnya. Nilai lebihnya, Indonesia punya sumber daya alam untuk dimanfaatkan sebagai baterai EV. 

Sumber : otomotif.sindonews.com

viewed :: 1504
Pasang banner ? hubungi : widipriono@gmail.com

Berita Terkait Lainnya :