09 Oktober 2019
HEADLINE MOBIL

Mengenal Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif Kendaraan



Dengan kemajuan teknologi yang terus meningkat saat ini, industri otomotif mulai gencar dalam mengembangkan kendaraan yang hemat energi serta ramah lingkungan.

Tidak hanya mengembangkan teknologi pada kendaraan, berbagai energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar bensin juga mulai dikembangkan untuk menjadi solusi harga minyak yang mahal dan kian menipis.


Bahkan saat ini Pemerintah mulai gencar dalam penggunaan biodiesel B30 di Indonesia. Saat ini Indonesia masih menggunakan biodiesel B20 dengan penerapan bauran minyak sawit sebesar 20%.

Rencananya Pemerintah Indonesia sendiri menggunakan biodiesel B30 dengan penerapan penggunaan bauran minyak sawit sebesar 30% pada tahun 2020 mendatang.


Selain biodiesel terdapat juga energi terbarukan yang menjadi solusi untuk mengganti bahan bakar bensin yakni bioetanol. Etanol adalah singkatan dari etil dan alkohol, sebuah sediaan yang bersifat alkoholik serta bahan utamanya terbuat dari gula tebu dan jagung.

Di negara penghasil gula tebu yang besar seperti Brazil, angka penjualan FFV (flexible fuel vehicle) yang digerakan oleh campuran bensin dan etanol dapat melampaui angka penjualan mobil yang menggunakan bensin konvensional.


Bahkan di negara maju seperti Jepang telah memulai lebih dulu dalam melakukan pengembangan bahan bakar etanol. Ketika mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan kabinet baru pada Pemerintahannya tahun 2006, terdapat salah satu program kerjanya yang mendukung rencana peningkatan penggunaan bahan bakar etanol.

Dalam program yang disusun dalam Pemerintahan Jepang saat itu memiliki satu tujuan utama untuk mengurangi ketergantungan pada minyak impor sekitar 50% dari energi yang dibutuhkan menjadi kurang dari 40% sebelum tahun 2030 mendatang.

Strategi yang ditetapkan ini adalah untuk mengurangi hampir sekitar 100% ketergantungan pada minyak asing di sektor transportasi menjadi sekitar 80% saja sebelum tahun 2030 mendatang.


Bahan bakar alternatif bioetanol dibuat dengan cara melumatkan tebu atau jagung menjadi suatu partikel yang lembut, kemudian dibiarkan berfermentasi dan tahap selanjutnya dilakukan distilasi.

Satu hektar kebun tebu dapat menghasilkan sekitar 85 ton tebu yang secara kasar menghasilkan sekitar 7,04 kiloliter (1,859 galon atau 59 barel) biofuel. Jumlah itu setara dengan 9,5 kiloliter (1,321 galon atau 42 barel) minyak bumi.


Tentu dengan kehadiran energi terbarukan seperti biodiesel dan bioetanol dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak yang kian mahal dan terus menipis. Hingga saat ini pengembangan energi terbarukan terus mengalami peningkatan agar menghasilkan energi yang efisien serta ramah lingkungan.

Sumber : otomotif.okezone.com

viewed :: 1448
Pasang banner ? hubungi : widipriono@gmail.com

Berita Terkait Lainnya :