14 Juni 2018
HEADLINE MOBIL
Pabrikan Prancis Akan Hengkang Dari Iran Menyusul Sanksi AS
Produsen mobil Prancis PSA Grup mengatakan pihaknya akan berhenti menjalankan bisnis otomotif di Iran untuk menghindari risiko sanksi ekonomi Amerika Serikat setelah negara adi daya tersebut menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
PSA Grup sendiri membawahi merek Peugeot dan Citroen, juga memiliki merek Opel dan Vauxhall.
"PSA Grup telah mulai menangguhkan kegiatan usaha patungannya, untuk mematuhi undang-undang AS pada 6 Agustus 2018," kata PSA Grup kepada AFP.
Padahal PSA, produsen mobil terbesar kedua di Eropa itu baru menandatangani kesepakatan dengan dua produsen mobil Iran, Khodro dan Saipa pada 2016 menyusul kesepakatan nuklir dengan Teheran pada 2015.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sendiri menyesalkan keputusan Trump membatalkan kesepakatan dengan Iran soal nuklir yang disepakati di Wina, Austria, pada 2015. Trump dianggap tidak seharusnya mendikte dan menerapkan sanksi keuangan kepada Iran.
Seiring dengan kondisi ini, sejumlah pejabat di Eropa berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untuk melindungi kepentingan perusahaan yang melakukan pekerjaan di Iran dari sanksi AS yang mulai diberlakukan pada November 2018.
Sebagai informasi, tahun lalu PSA menjual hampir 445.000 kendaraan di Iran, menjadikan negara itu salah satu pasar terbesarnya di luar Prancis.
Merek Peugeot dan Citroen cukup menyumbang penjualan di sana, sementara Opel dan Vauxhall pencapaian penjualan kurang dari satu persen dari total penjualan grup.
Sedangkan produsen minyak raksasa Prancis Total sebagai penyuplai industri otomotif melalui pelumas dan bahan bakar masih berharap untuk meluncurkan proyek gas alam besar di Iran.
Namun mereka pesimistis bisa terhindari dari sanksi ekonomi AS terhadap Iran jika tetap meneruskan misinya di Iran.
Sumber : www.cnnindonesia.com
viewed :: 1409
Berita Terkait Lainnya :